Mungkin ada yang belum pernah mendengar seni Buhun Tutulungan yang lebih dikenal tutunggulan ini. Salah satu kesenian khas dari Jawa Barat ini berawal dari masyarakat Desa Wanayasa, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta. Aktifitas masyarakat terutama yang dilakukan oleh para ibu di sana adalah menumbuk padi dengan lisung (alat penumbuk padi). Dari aktifitas yang menjadi kebiasaan tersebut maka munculah kesenian ini. Dari sini kita bisa tarik kesimpulan bahwa Tutulungan berasal dari kata nutu, yang berarti menumbuk (bisanya berupa gabah untuk dijadikan beras, ataupun beras untuk dijadikan tepung) Menariknya dahulu seni Buhun Tetulungan ini digunakan untuk menarik perhatian warga agar hadir dalam acara musyawarah di balai desa. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu kesenian ini digunakan juga untuk menyambut tamu, atau pada upacara tertentu. Oleh Kementrian Budaya dan Pariwisata, seni Buhun Tutulungan atau tutunggulan ini selalu dicoba dilestarikan dan dikembangkan. Upaya yang sudah dilaksanakan antara lain pelatihan terutama di lingkungan Desa Wanayasa, dan lomba kesenian yang diadakan tiap tahun. Animo warga pun tinggi, mengingat ini adalah salah satu kesenian khas daerah mereka. Karena para pemain kesenian ini dari tiga kelompok semuanya telah berusia lanjut. Tak cuma di Wanayasa, kesenian ini juga dilestarikan di Desa Sekarwangi, Bahkan Tutulungan digunakan juga sebagai salah satu pengisi acara kebudayaan mereka sendiri, yaitu Gebyar Sekarwangi. Menarik sekali jika tiap daerah memiliki cacara rutin untuk mempertunjukkan kesenian khas mereka.
Posting Komentar